TEMPO Interaktif, Jakarta - Sidang Isbat untuk menentukan tanggal Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1432 Hijriyah digelar Senin petang ini, 29 Agustus 2011. Sidang tersebut diperkirakan bakal berlangsung dengan alot. Pasalnya, sejumlah organisasi Islam memiliki alasan yang berbeda dalam menentukan hari lebaran.
"Hasil perhitungan ijtima mereka ketinggian hilal berbeda, ada yang satu derajat dan di atas satu. Tapi mayoritas masih satu derajat, itu bisa ditebak, sidang pasti alot," kata Sekretaris Jenderal Kementerian Agama, Bahrul Hayat saat ditemui Tempo di kantor Kementerian Agama, Jakarta, Senin 29 Agustus 2011.
Berdasarkan hasil perhitungan ijtima dan tinggi hilal awal bulan Syawal 1432 Hijriyah yang berhasil dikumpulkan kementerian dari berbagai sumber, termasuk organisasi Islam, menyimpulkan dari 22 sistem ijtima yang masuk, 15 sistem menyebut ketinggian hilal masih 1 derajat. Sisanya di atas 1 derajat.
"Dengan ketinggian satu derajat, tidak mungkin hilal bisa dilihat. Jadi, kemungkinan lebaran memang Rabu lusa. Tapi kita lihat saja di sidang nanti, pasti alot," ujar Bahrul.
Sebelumnya Muhammadiyah sudah menetapkan lebaran jatuh pada hari Selasa besok, 30 Agustus 2011. Pimpinan organisasi bentukan Ahmad Dahlan itu, Din Syamsuddin, menyatakan sesuai perhitungan pihaknya, pada Senin 29 Agustus 2011 pukul 10.04 pagi sudah terjadi ijtima. Artinya, “Ramadan berakhir besok,” ujar Din.
Adapun Persatuan Islam (Persis) menetapkan Hari Raya Idul Fitri jatuh pada Rabu 31 Agustus 2011. Maman Abdurrahman, pimpinan Persis menyatakan, hilal setinggi 1 derajat itu tak mungkin bisa dilihat atau 'ghoiruimkanirrukyat'. Adapaun Nahdhatul Ulama (NU) memilih menunggu hasil rukyat yang akan dipaparkan pada sidang isbat.
Sidang isbat nanti akan dimulai pukul 18.45 WIB hingga 20.25 WIB di kantor Kementerian Agama, kawasan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat. Sidang bakal dihadiri perwakilan seluruh organisasi Islam, dan akan dipimpin langsung oleh Menteri Agama Suryadharma Ali. Persiapan sidang itu sudah dimulai sejak sore ini pukul 14.00 WIB.
Menurut Bahrul, potensi perbedaan penentuan hari lebaran tahun ini sangat besar. Namun demikian pihaknya tak akan menyalahkan siapapun jika ada umat muslim yang merayakan lebaran pada Selasa besok, karena mereka pasti punya alasan. Dalam penanggalan di kalender, pemerintah condong hari lebaran jatuh diantara dua tanggal. "Kalau tidak Selasa (30 agustus), ya Rabu (31 Agustus)," ujarnya.
Pemerintah melalui Kementrian Agama akan melakukan sidang isbath untuk menentukan
Idul Fitri sore ini. Ada kemungkinan besar, 1 Syawal
akan jatuh pada 31 Agustus 2011. Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), Amidhan,
mengatakan dapat dipastikan pelaksanaan hari
raya Idul Fitri akan jatuh pada hari yang berbeda
dengan yang sudah diputuskan oleh Pimpinan
Pusat Muhammadiyah. "Besok (Senin) keputusan Menteri Agama terkait
Hari Raya itu, tapi sudah kemungkinan akan
berbeda dengan Muhammadiyah, karena beda
sistemnya," kata Ketua MUI, Amidhan, kepada
VIVAnews.com, Minggu malam, 28 Agustus 2011. Kementrian Agama, kata Amidhan, akan
mengundang orang maupun badan dan organisasi
Islam anggota Badan Hisab dan Rukyah untuk
bersidang menentukan awal Syawal di kantor
Kementrian Agama. "Kumpul Ormas Islam, ada Muhammadiyah,
Nahdatul Ulama, MUI, Persatuan Islam, dan juga
mengundang duta besar negara-negara Islam,"
tuturnya. Meskipun sama-sama menggunakan hisab
(perhitungan), lanjut Amidhan, Pemerintah bersama
NU akan berbeda dengan Muhammadiyah soal awal
jatuhnya Syawal. ini disebabkan perbedaan cara
perhitungan dari keduanya. Amidhan menjelaskan, tinggi hilal pada esok
petang usai terbenam matahari akan berada pada
posisi satu derajat 55 menit/60 menit. Bagi
Muhammadiyah, paradigma dasarnya adalah pada
wujud hilal, yaitu keberadaan bulan 1 Syawal sudah
di atas ufuk karena sudah satu derajat lebih 55 menit, maka artinya sudah jatuh 1 Syawal pada
Senin malam. Namun, berbeda dengan Muhammadiyah, NU
menggunakan rukyah yaitu dengan cara harus
melihat langsung dengan mata telanjang. Ini berarti
minimal tinggi hilal harus berada pada dua derajat
lebih. Untuk itu, lanjut Amidhan, jika saat ini posisi
hilal berada pada satu derajat lebih 55 menit dapat dipastikan Senin petang belum dapat menyaksikan
bulan secara langsung. "Besok keputusannya Ramadhan itu
disempurnakan 30 hari, atau disebut istiqmal, mau tidak mau hari Rabu hari rayanya
Di hari ke-29 puasa ini sudah banyak orang yang mengatakan bahwa hari ini adalah puasa terakhir. Salah satu penyebabnya adalah kalender yang banyak beredar di masyarakat menuliskan tanggal 30 Agustus 2011 adalah hari raya Idul Fitri. Tetapi ada juga yang mengatakan bahwa lebaran masih tanggal 31 Agsutus nanti. Lalu apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa ada 2 versi yang berbeda?
Secara astronomis, Bulan sudah memasuki fase baru setelah mengalami konjungsi dengan Matahari pada tanggal 29 Agustus 2011 pukul 03 UT atau 10 WIB. Konjungsi itu sendiri berarti Bumi, Bulan, dan Matahari membentuk satu garis lurus. Saat Matahari terbenam sorenya, Bulan masih berada di atas horison. Inilah tanda masuknya bulan baru pada penanggalan Hijriah. Makanya di kalender sudah ditandai bahwa tanggal 30 Agustus adalah Lebaran. Keputusan ini adalah hasil dari perhitungan yang dilakukan antara lain oleh Muhammadiyah.
Sementara itu, ada versi lain yang mengatakan Lebaran jatuh pada tanggal 31 Agustus 2011. Itu adalah hasil dari perhitungan probabilitas kenampakan dan pengamatan/rukyat Bulan/hilal. Sore ini ketinggian Bulan tidak lebih dari 2 derajat, sehingga akan sangat sulit diamati karena sabitnya masih begitu tipis sehingga akan kalah terang dengan langit saat itu. Bulan baru dapat kita amati tanggal 30 sore setelah Matahari terbenam. Saat itu ketinggiannya sudah sekitar 14 derajat dan sabitnya sudah lebih tebal sehingga lebih mudah diamati ketika langit semakin gelap.
Lalu mana yang akan kita ikuti? Keputusan akhir tetap ada di masing-masing pembaca. Kami hanya bisa menyarankan untuk menunggu keputusan Pemerintah yang hasilnya baru akan diketahui setelah sidang Isbat tanggal 29 Agustus 2011 (malam ini). Biasanya sidang tersebut ditayangkan di televisi secara langsung, jadi tunggu saja sekitar pukul 18.00 WIB.
Untuk menambah pengetahuan tentang pengamatan hilal, silakan kunjungi situs http://bosscha.itb.ac.id/hilal dan http://hilal.kominfo.go.id yang akan memuat tayangan langsung/streaming pengamatan hilal dari 14 titik yang tersebar di seluruh Indonesia. Pengamatan akan dilakukan pada pukul 16.00 waktu lokal pengamat, atau mulai pukul 14.00 WIB.
1 Syawal 1432 H Tanggal Lebaran 2011 Menteri Agama Hilal Keputusan Lebaran Tahun 2011 - Lebaran Jatuh Pada Tanggal 31 Agustus 2011 Versi Pemerintah di kantor Kementerian Agama di kawasan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat. Sidang Isbat akan mengambil keputusan perayaan hari raya Idul Fitri 1 Syawal 1432 Hijriah.
Muhammadiyah Hari Idul Fitri 1 Syawal 2011 jatuh pada tanggal 30 Agustus 2011 sedangkan NU Nahdlatul Ulama menunggu pengumuman resmi pemerintah (Menag).
Petugas Kanwil Kementerian Agama Provinsi Bengkulu, akan melakukan pengamatan bulan atau rukyat di kawasan wisata Tapak Paderi untuk menetapkan 1 Syawal 1432 Hijriah.
"Kami akan melakukan pengamatan posisi bulan atau rukyat di kawasan wisata Tapak Paderi pada 29 Agustus 2011 untuk menetapkan 1 Syawal 1432 Hijriah," kata Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Bengkulu Taufiqurrahman di Bengkulu.
Ia mengatakan, kawasan wisata Tapak Paderi dipilih sebagai lokasi pengamatan bulan karena lokasi itu memiliki ketinggian di atas tujuh meter dari permukaan laut sehingga bisa memandang ke arah matahari terbenam.
"Pengamatan bulan akan dilakukan mulai 17.30 WIB hingga 18.30 WIB dengan menggunakan dua unit teropong khusus. Sekitar 30 tokoh agama Islam akan diundang untuk mengamati bulan sebagai dasar penetapan 1 Syawal 1432 Hijriah," katanya.
Bagi undangan yang berhasil melihat bulan maka yang bersangkutan akan diambil sumpah oleh Ketua Pengadilan Agama Provinsi Bengkulu dan kemudian dilaporkan kepada Kementerian Agama Republik Indonesia di Jakarta sebagai dasar penetapan 1 Syawal 1432 Hijriah.
Terkait keputusan Muhammadiyah yang menetapkan hari raya Idul Fitri 1 Syawal 1432 Hijriah pada 30 Agustus 2011 menurutnya patut dihormati dan tidak perlu diperdebatkan.
Dalam Islam, ada dua cara menentukan 1 Syawal yakni dengan hisab atau perhitungan jalannya bulan serta dengan rukyat yang berdasarkan pengamatan hilal secara langsung.
"Kemungkinan terjadinya perbedaan sangat besar tapi kami tetap pada keputusan pemerintah dan setiap Kanwil memang diperintahkan untuk melihat bulan atau rukyat," katanya.
Sementara itu, Kepala Sub Bagian Hubungan Masyarakat Kemenag Provinsi Bengkulu, Junni Muslimin mengatakan, pelaksanaan shalat hari raya Idul Fitri 1432 Hijriah tingkat Provinsi Bengkulu direncanakan di halaman Masjid Raya Baitul Izzah Padang Harapan Kota Bengkulu.
"Bertugas sebagai khatib direncanakan Pelaksana Tugas Gubernur Bengkulu Junaidi Hamsyah, sedangkan sebagai khatib cadangan adalah Khairuddin Wahid dan Kusnadi Sahab," katanya.
Adapun yang bertugas sebagai imam shalat Idul Fitri, direncanakan imam masjid raya Baitul Izzah Rusli M Daud sedangkan sebagai imam cadangan Junni Muslimin dari Kanwil Kemenag Provinsi Bengkulu.
1 Syawal 1432 H, Lebaran 2011, Tanggal Lebaran 2011, Ketetapan Menteri Agama, Hilal Penentuan Lebaran Tahun 2011, Lebaran 2011 Jatuh Pada Tanggal Berapa, Hasil Sidang Isbat, Muhammadiyah, NU, Penentuan Lebaran 1432H 2011, Pengumuman Pemerintah Resmi Lebaran Tahun 2011
Jakarta - Pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag) akan menggelar sidang itsbat untuk menentukan jatuhnya tanggal 1 Syawal 1432 Hijriyah atau Hari Raya Idul Fitri. Sidang akan dipimpin oleh Menteri Agama Suryadharma Ali.
Sidang isbath akan dimulai pukul 16.30 WIB, Senin (29/8/2011), dengan acara presentasi mengenai hasil pengamatan hilal. Setelah dipotong oleh buka puasa bersama, sidang akan kembali dibuka pada pukul 19.00 WIB.
Kemungkinan besar, hasil sidang itsbat sore hingga malam nanti akan memutuskan bahwa 1 Syawal jatuh pada Rabu (31/8) mendatang. Sebab, saat ini sangat mustahil untuk dapat melihat hilal.
"Kami sudah sepakat dengan banyak pihak seperti astronom, Angkatan Laut, BPPT, dan ahli falak karena posisi bulan sangat rendah, yakni 0 derajat 8 menit sampai 1 derajat 53 menit, sehingga amat mustahil untuk melihat bulan," kata Dirjen Bimas Islam Kemenag Nasaruddin Umar kepada detikcom.
"Dengan demikian, kemungkinan 1 Syawal jatuh pada Hari Rabu tanggal 31," lanjut Nasaruddin.
Menurut Nasaruddin, ia tidak mempersoalkan kalangan umat Islam yang akan melaksanakan ibadah salat Idul Fitri pada Selasa (30/8), besok. Namun, ia juga meminta keputusan pemerintah nantinya dihormati.
Sebelumnya, Pimpinan Pusat Muhammadiyah sudah menetapkan 1 Syawal 1432 Hijriyah jatuh pada Selasa tanggal 30 Agustus. Ketetapan itu dihasilkan berdasarkan hisap hakiki wujudul hilal yang dilakukan Majelis Tarjih.
Tinggi hilal pada saat matahari terbenam di Yogyakarta menandakan hilal sudah mewujud dan di seluruh wilayah Indonesia pada saat matahari terbenam hilal sudah berada di atas ufuk.
"Berdasarkan hasil hisab tersebut maka Pimpinan Pusat Muhammadiyah menetapkan tanggal 1 Syawal 1432 H jatuh pada hari Selasa 30 Agustus 2011 Masehi," kata Ketua PP Muhammadiyah Haedar Nashir.
SURABAYA | SURYA - Perayaan Lebaran tahun ini diprediksi berbeda seperti tahun 1998, 1999, 2006, dan 2007. Itu dikarenakan tipisnya perkiraan hilal (penampakan bulan) yang bisa dilihat untuk menentukan 1 Syawal 1432 Hijriah.
Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kemenag) Jatim, Mohammad Sudjak, mengatakan, posisi hilal saat ini ketika tenggelamnya matahari (ghurubus syamsi) hanya 1,5 sampai 3 derajat. Hilal dalam posisi 1,5 derajat, menurut Sudjak, meski sudah ada wujudnya tapi belum dapat dilihat.
“Karena itu, potensi terjadinya perbedaan penetapan Idul Fitri antara satu dengan yang lain cukup besar,” ujarnya kepada Surya, Jumat (26/8).
Sebelumnya Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim melalui Sekretaris PWM Jatim Nadjib Hamid memastikan 1 Syawal 1432 H bertepatan dengan tanggal 30 Agustus 2011. Keputusan itu berdasar hasil musyawarah ahli hisab Majelis Tarjih PWM Pusat pada 5 Juli 2011. Hasil perhitungan dengan sistem hisab hakiki menunjukkan bahwa ijtimak akhir Ramadan 1432 H akan terjadi pada 29 Agustus 2011 yang bertepatan dengan 29 Ramadan 1432 H antara pukul 10.04.03 WIB sampai pukul 10.05.16 WIB. Pada saat itu, matahari terbenam pada pukul 17.30.53 WIB dengan hilal akan terlihat pada ketinggian 1 derajat 55 menit 11 detik. Dengan tampaknya hilal ini, disimpulkan pada hari Selasa, 30 Agustus 2011 itu sudah merupakan 1 Syawal untuk mengakhiri puasa Ramadan.
Menurut Sudjak, meski ada potensi perbedaan, untuk memastikannya, pemerintah masih menunggu hasil rukyatul hilal yang dilakukan oleh Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim di 11 titik dan digelar serentak pada 29 Agustus nanti. Hasil dari rukyatul hilal tersebut nanti dikirim ke Jakarta untuk dijadikan bahan sidang isbat yang dipimpin Menteri Agama.
Jika hasil sidang isbat nanti ternyata pemerintah menetapkan 1 Syawal pada 31 Agustus, Sudjak mengimbau masyarakat untuk mengikuti keputusan pemerintah. “Kenapa harus ikut pemerintah, karena pemerintah-lah yang diberi kewenangan untuk memutuskan,” tegasnya.
Ketua Rukyatul Hilal Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim, Sholeh Hayat menyatakan, Lebaran tahun ini memang kemungkinan tidak sama. Menurutnya, NU melakukan dua langkah dalam menentukan Idul Fitri, yaitu metode hisab dan rukyatul hilal. Di kalangan para ahli hisab sendiri, menurut Sholeh, ada perbedaan dalam penentuan Lebaran tahun ini. “Di antaranya ada yang menyatakan Lebaran jatuh pada hari Rabu 31 Agustus. Tapi, kita tetap melakukan rukyatul hilal. di Jawa Timur ada 11 titik tempat rukyat,” katanya.
Dijelaskannya, Badan Hisab dan Rukyat pernah menggelar rapat pada tanggal 12 Juli lalu untuk membahas penentuan Idul Fitri 1432 Hijriah dengan mengkaji 23 kitab klasik dan rujukan modern. Sebanyak 36 kiai dan sejumlah astronom ikut mengkaji. Dari 36 kiai itu, 23 orang menyimpulkan Lebaran jatuh pada hari Rabu 31 Agustus 2011, sedangkan 13 kiai menghasilkan kesimpulan Lebaran hari Selasa 30 Agustus 2011.
“Sehingga potensi Lebaran tahun ini berbeda memang besar,” tegas Sholeh Hayat.
Peneliti utama Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Prof Dr Thomas Djamaluddin mengatakan, perbedaan Hari Raya Idul Fitri, 1 Syawal 1432 H di Indonesia sulit dihindari. Ini menyusul ketinggian hilal pada 29 Agustus di seluruh wilayah Indonesia hanya 1-2 derajat.
Dalam kondisi hilal hanya 1-2 derajat maka tidak mungkin bisa diamati dengan mata telanjang. “Kondisi ini berbeda dengan awal Ramadan. Pada akhir bulan Syakban lalu, ketinggian hilal di Indonesia sekitar 7 derajat, cukup tinggi untuk bisa diamati,” kata anggota Badan Hisab Rukyat (BHR) Kementerian Agama (Kemenag) RI tersebut.
Dampak posisi hilal yang rendah itu maka, bagi kalangan yang menggunakan kriteria wujudul hilal (hilal wujud di atas ufuk dengan prinsip wilayatul hukmi Indonesia) seperti Muhammadiyah maka dipastikan Idul Fitri jatuh pada tanggal 30 Agustus .
Sedangkan kalangan yang memakai kriteria visibilitas hilal (imkan rukyat) seperti Nahdlatul Ulama (NU), maka besar kemungkinan berhari raya pada 31 Agustus. Menurut kriteria tersebut, batas ketinggian hilal yang bisa dirukyat (dilihat) mesti berada di atas 2 derajat.
“Karena hilal sangat rendah, maka kemungkinan besar rukyat pada 29 Agustus akan gagal melihat hilal, sehingga Ramadan digenapkan 30 hari dan diperkirakan Idul Fitri jatuh pada 31 Agustus,” jelas Thomas Djamaluddin.
Thomas menekankan kemungkinan potensi pelaksanaan berbeda baik Idul Fitri ataupun Idul Adha tahun ini. Menyikapi hal itu, selama belum ada kesamaan kriteria, maka ia mengajak semua pihak saling menghormati. Tetapi, ke depan, ia menyarankan agar Indonesia memiliki kriteria hilal yang satu. Terdapat tiga syarat utama untuk mewujudkannya. Indonesia sudah memenuhi dua syarat yaitu, batas wilayah dan otoritas tunggal dalam hal ini menteri agama. Tetapi, Indonesia belum memiliki kesamaan kriteria.
NU mendukung upaya penyamaan. Langkah intensif telah dilakukan. Tetapi menurut Ketua Lajnah Falakiyyah Nahdlatul Ulama (NU), Ahmad Ghazalie Masroerie, penyamaan tersebut membutuhkan sikap toleransi dari masing-masing pihak.
“Kami juga meminta semua pihak agar tak mengaitkan perbedaan berpuasa atau berhari raya dengan dua kutub ormas besar, NU, dan Muhammadiyah,” katanya seperti dilansir Kompas.com. Opini seakan mengesankan kedua kubu itu berselisih akibat Ramadan dan Syawal berbeda. Padahal, perbedaan yang terjadi tidak bersifat institusional, melainkan perbedaan pada metode dan kriteria penentuan hilal.
Ghazalie menandaskan, NU saat ini belum menetapkan 1 Syawal 1432 H. Penetapan Idul Fitri dilakukan menunggu hasil rukyat yang digelar oleh NU pada 29 Agustus mendatang. Hasilnya, akan disampaikan dalam sidang isbat oleh pemerintah. NU sendiri akan menetapkan dan mengikhbarkan setelah mengetahui hasil sidang tersebut. Ia menegaskan, NU tak pernah menafikan metode hisab dalam penentuan awal bulan. Justru, metode itu digunakan pada tiap permulaan tahun.
Tak Memaksa
Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga memperkirakan terjadi perbedaan dalam penetapan Idul Fitri tahun ini. Sebab itu masyarakat diminta saling menghargai dan menghormati serta mengedepankan ukhuwah (persaudaraan) apabila terjadi perbedaan.
Demikian tausyiah yang disampaikan Ketua MUI KH Ma’ruf Amin di Kantor MUI, Jakarta, Jumat (26/8) siang.
Ma’ruf Amin menjelaskan dalam penetapan Idul Fitri ada dua yang dilakukan umat Islam yakni dengan metode wujudul hilal (bulan wujud) di atas ufuk berapa pun tingginya hilal tersebut. “Wujudul hilal ini yang digunakan Muhammadiyah,” kata Ma’ruf Amin. Dan ada juga umat Islam dalam penetapan Idul Fitri dengan metode rukyatul hilal di mana hilal harus terlihat minimmal 2 derajat. Karena perbedaan itu maka kemungkinan umat Islam ada yang melaksanakan Idul Fitri tanggal 30 Agustus dan ada yang melaksanakan Idul Fitri tanggal 31 Agustus.
MUI menyambut baik penetapan Idul Fitri yang akan dilakukan pemerintah melalui sidang isbat 29 Agustus 2011 yang akan dilakukan Badan Hisab dan Rukyat Kementerian Agama bersama MUI dan organisasi Islam lainnya.
Pemerintah akan menggelar sidang isbat penetapan 1 Syawal 1432 H pada Senin (29/8) pukul 19.00 WIB. Menurut Kasubdit Pembinaan Syariah dan Hisab Rukyat Kementerian Agama, Muhyiddin, jika ada perbedaan diimbau agar semua pihak menyikapinya dengan arif. “Pemerintah tak bisa memaksakan hasil keputusan sidang itu kepada masyarakat,” kata Muhyiddin.
LENSAINDONESIA.COM: Hari Raya Idul Fitri 1432 H kali ini dipastikan tidak lagi dilaksanakan secara bersamaan. Hal itu lantaran perbedaan pemahaman terhadap hilal, antara Muhamadiyah, NU (Nahdlatul Ulama) dan pemerintah.
Perbedaan menentukan 1 Syawal 1432 H itu disampaikan Kepala Kanwil Kementerian Agama (Kemenag) Jatim, Moh Sudjak. Menurutnya, perbedaan itu lantaran hilal dapat dilihat pada kisaran 1,5 hingga 3 derajat.
“Satu setengah belum bisa dilihat karena dibawah ufuk. Meskipun, sebenarnya sudah wujud, cuma tidak bisa dilihat,” jelasnya, Jumat (26/8/2011) malam.
“Oleh sebab itu, untuk 1 Syawal tahun ini punya potensi berbeda antara satu dengan yang lain,” tambahnya.
Sudjak menambahkan, kapan pastinya waktu penetapan 1 Syawal nanti akan ditentukan melalui sidang isbat yang akan dilaksanakan oleh pemerintah pusat (Kemenag) pada hari ke 29 bulan ramadhan. Disidang itu akan ditetapkan hasil penghitungan (hisab) maupun rukyat yang dilakukan.
Meski adanya kemungkinan perbedaan, dia berharap, umat muslim di Indonesia, terutama Jawa Timur agar saling menghormati.
“Tapi, kami berharap nanti kita bisa merayakannya bersama-sama,” jelasnya.
Di Jatim sendiri, terang Sudjak, Kanwil Kemenag akan mengerahkan tim rukyat untuk melihat bulan. 18 titik tempat dipilih untuk melihat bulan, di antaranya di Gresik, Bangkalan, menara Masjid Akbar dan lainnya. H Nur Cholis, SH MAg didapuk sebagai Ketua Tim Rukyat Kanwil Jatim.
Nur Cholis mengatakan, tempat atau titik potensial untuk bisa melihat bulan adalah di Gresik dan Bangkalan. “Gresik dan Bangkalan berhasil pada penetapan bulan Ramadan kali ini,” tukasnya. Dia menambahkan, jika pada tanggal 29 ramadan nanti bulan belum juga terlihat, maka ramadan digenapkan (istikmal) menjadi 30 hari.
Dia mengatakan, faktor cuaca cukup menentukan pada proses rukyat ini. Namun, berkaca pada penetapan bulan ramadan, dimungkinkan cuaca kali ini cukup cerah. Sehingga, mendukung untuk meneropong munculnya bulan.
Meskipun, lanjutnya, penetapan 1 Syawal antara Indonesia dengan negara lain bisa berbeda. Itu terjadi karena perbedaan titik munculnya bulan (mathla’) dan titik pencarian munculnya bulan (mathlab).
“Karena itu, bisa jadi di Indonesia belum lebaran di Saudi Arabia sudah,” pungkas Nur Cholis. RID/LI-10